IP

Kamis, 11 Februari 2010

Filsafat (Terminologi)

Memberikan rumusan yg pasti tentang apa yg termuat dalam kata "filsafat" adalah suatu pekerjaan yg terlalu berani dan sombong! maka saya akan memulai dari sini. Memang, para peminat filsafat, kita sulit mendefinisikan kata yg satu ini. Bahkan para filsuf (ahli filsafat) pun mengakuinya. Apa yg membuatnya demikian adalah oleh karena terdapatnya beragam-ragam paham, metode dan tujuan yg dianut, ditempuh dan dituju oleh masing-masing filsuf. Namun sebuah pengertian awal mesti diberikan; maksutnya sebagai kompas agar kita tidak tersesat arah didalam memahami filsafat. Mengingat maksut ini maka pengertian tersebut haruslah bersifat dapat dipahami sebanyak-banyak orang, sehingga dapat dijadikan tempat berpijak bersama.


Kita coba menilik dahulu kata "filsafat" ini dari akar katanya, dari mana kata ini datang. Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, shopia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya"cinta akan kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yg besar atau yg berkobar-kobar atau yg sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yg sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yg sungguh akan kebenaran sejati. begitulah arti filsafat pada mulanya.

Dari arti diatas, kita kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu Vak biasa, yg berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Bolehlah filsafat disebut sebagai: suatu usaha untuk berpikir yg radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yg mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Dalam pemahaman yg lebih bahwa tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-suggguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf" semboyan ini benar jika ditilik dari keumuman bahwa manusia berpikir, akan tetapi secara khusus semboyan itu tidak benar sebab tidak semua manusia yg berpikir adalah filsuf sebab filsuf hanyalah orang yg memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam dimana hal yg membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yg tersederhana sampai yg terkompleks.

Filsafat, " ilmu tentang hakikat". Disinilah kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu (spesial)" atau "sains". Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yg dapat dialami, dapat diindera atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya dg pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya".
Filsafat mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai makna, kebenaran dan hubungan logis diantara ide-ide dasar (keyakinan, asumsi dan konsep) yg tidak dapat dipecahkan dg ilmu empiris. Philosophy: Inquiry into the nature of things based on logical reasoning rather than empirical methods (the Grolier Int. Dict.) Filsafat meninjau dengan pertanyaan"apa itu","dari mana" dan "kemana". Di sini orang tidak mencari pengetahuan sebab dan akibat dari suatu masalah, seperti yg diselidiki ilmu, melainkan orang mencari tahu tentang "apa yg sebenarnya" pada barang atau masalah itu, dari mana terjadinya ke mana tujuannya. Maka jika para filsuf ditanyai, "mengapa A percaya pada akan Allah", meraka tidak akan berusaha untuk menjawab misalnya dg jawaban...."karena A telah dikondisikan oleh pendidikan di sekolahnya untuk percaya kepada Allah" atau "Karena A kebetulan sedang gelisah dan ide tentang suatu figur bapak membuatnya tentram". Sekali lagi dalam hal ini, para filsuf tidak berurusan dengan sebab-sebab, melainkan dengan dasar-dasar yg mendukung atau menyangkal pendapat tentang keberadaan Allah. Tugas filsafat menurut Socrates (470-399 S.M) bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yg timbul dalam kehidupan melainkan mempersoalkan jawaban yg diberikan.
Sampai dg kedua pengertian diatas, kita akan coba simak apa kata Kattsoff (1963) di dalam bukunya Elements of Philosophy untuk melengkapi pengertian kita tentang filsafat :
  • Filsafat adalah berpikir kritis
  • Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis
  • Filsafat harus menghasilkan sesuatu yg runtut
  • Filsafat adalah berpikir secara rasional
  • Filsafat harus bersifat komprehensif
Kemudian Windelband seperti dikutip Hatta dalam pendahuluan Alam pikiran Yunani, "Filsafat sifatnya merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yg nyata." Pengertian lain menurut Magnis, "Filsafat sebagai usaha tertib, methodis yg dipertanggungjawabkan secara intelektual untuk melakukan apa yg sebetulnya diharapkan dari setiap orang yg tidak hanya mau membebek saja, yg tidak hanya mau menelan mentah-mentah apa yg sudah dikunyah sebelumnya oleh pihak-pihak lain. yaitu untuk mengerti, memahami, mengartikan, menilai, mengkritik data-data dan fakta-fakta yg dihasilkan dalam pengalaman sehari-hari dan melalui ilmu-ilmu."

Filsafat sebagai latihan untuk belajar mengambil sikap, mengukur bobot dari segala macam pandangan yg dari pelbagai penjuru ditawarkan pada kita. Beberapa ilustrasi yg bisa saya sampaikan untuk memberi pemahaman konkrit pemikiran filsafat yaitu misalnya, kalau kita disuruh membangun masyarakat, filsafat akan membuka implikasi suatu pembangunan yg misalnya hanya mementingkan kerohanian sebagai ideologi karena manusia itu memang bukan hanya rohani saja atau kalau pembangunan hanya materialnya dan hanya mengenai prasarana-prasarana fisik saja, filsafat akan bertanya sejauh mana pembangunan itu akan menambah harapan manusia konkrit dalam masyarakat untuk merasa bahagia. Kemudian dalam situasi lain misalnya kalau pelbagai otoritas dalam masyarakat mau mewajibkan sesuatu kepada kita, filsafat dapat membantu kita dalam mengambil sikap yg dewasa dg mempersoalkan hak dan batas mereka untuk mewajibkan sesuatu. Lalu selanjutnya terhadap therm ideologi kemajuan, maka filsafat akan mempersoalkan apa arti kemajuan itu bagi manusia. Atau dalam therm "orang yg mau mengekang kebebasan kita atas nama Tuhan yang Mahaesa," filsafat akan menarik perhatian kita pada fakta bahwa yg mau mengekang itu hanyalah manusia saja yg mengatasnamakan Tuhan dan bahwa Tuhan tidak pernah identik dg suara manusia begitu saja. (Frans Magnis-Suseno, Berfilsafat dari Konteks, Jakarta, Gramedia, 1999).

Untuk menutup pemahaman awal kita mengenai terminologi"filsafat", bisa dicatat nuansa perbedaan arti"filsafat" dengan istilah-istilah yg hampir serupa dg ini antara lain:"falsafah", "falsafi", "berpikir filosofis" dan "mempunyai filsafat hidup" yg sering kita dengar, kita baca atau bahkan mungkin kita pakai dalam keseharian kita.
"Falsafah" itu tidak lain filsafat itu sendiri.
"Falsafi"atau"filsafati" artinya : "bersifat sesuai dg kaidah-kaidah filsafat".
"Berpikir filosofis", sesungguhnya begini : berpikir dg dasar cinta akan kebijaksanaan. Bijaksana adalah sifat manusia yg muncul sebagai hasil dari usahanya untuk berpikir benar dan berkehendak baik. Berpikir benar saja ternyata belum mencukupi. Dapat saja orang berpikir bahwa memfitnah adalah tindakan jahat, akan tetapi dapat pula ia tetap memfitnah karena meskipun diketahuinya itu jahat, namun ia tidak menghendaki untuk tidak melakukannya. cara berpikir filosofis adalah berusaha untuk mewujudkan gabungan antara keduanya, berpikir benar dan berkehendak baik.
Sedangkan "mempunyai filsafat hidup" mempunyai pengertian yg lain sama sekali dg pengertian "filsafat" yg pertama. Ia bisa diartikan mempunyai suatu pandangan, seperangkat pedoman hidup atau nilai-nilai tertentu. Misalnya, seseorang mungkin mempunyai filsafat (pandangan hidup) untuk "tujuan menghalalkan segala cara."

Demikianlah pemahaman awal mengenai Filsafat yg bisa saya uraikan dengan berpijak pada pengertian mendasar secara terminologi dan bayangan bahwa mempelajari filsafat adalah hal yg sukar atau suatu pemikiran yg hanya dilakukan oleh seorang profesor yg botak, dg kacamata tebal dan sedikit linglung, sebetulnya hanya ketakutan yg tidak berdasar karena filsafat sebetulnya adalah hal yg bisa kita jumpai dalam keseharian yg mungkin tanpa kita sadari bahwa dalam hidup pernah kita berpikir secara filsafati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar