IP

Senin, 15 Februari 2010

Aliran-aliran Filsafat

Sesuai dg janji saya untuk berbagi wacana mengenai aliran-aliran yg berkembang dalam filsafat, maka saya akan memulai dg tiga aliran besar yg lebih saya tekankan untuk diketahui mengingat banyaknya aliran-aliran yg terdapat dalam filsafat yg juga sangat kompleks. Tiga aliran yg akan saya bicarakan diantaranya; aliran metafisika, aliran etika dan aliran-aliran teori pengetahuan. Namun sedikit akan saya uraikan juga beberapa aliran filsafat yg lain.


a. Aliran-aliran metafisika
Menurut Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua golongan besar yaitu yg mengenai kuantitas (jumlah) dan yg mengenai kualitas (sifat).
Yang mengenai kuantitas terdiri atas; monisme, dualisme dan pluralisme. Monisme adalah aliran yg mengemukakan bahwa unsur pokok segala yg ada ini adalah esa(satu). Menurut Thales unsur tersebut air, menurut Anaximandros unsur itu 'apeiron' sedangkan menurut Anaximenes unsur itu adalah udara. Dualisme adalah aliran yg berpendirian bahwa unsur pokok segala yg ada ini dua yaitu roh dan benda. Pluralisme adalah aliran yg berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini banyak, salah satu penganutnya yaitu Empedokles yg beranggapan bahwa unsur-unsur itu adalah udara, api, air dan tanah.
Yang mengenai kualitas dibagi juga menjadi dua bagian besar yaitu yg mengenai hakikat kenyataan itu tetap dan yg melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian. Yg termasuk golongan pertama (tetap) ialah; Spiritualisme, yakni aliran berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh kemudian Materialisme, yakni aliran yg berpendapat bahwa hakikat itu bersifat materi. Selanjutnya yg termasuk golongan kedua (kejadian) ialah; Mekanisme, aliran yg berkyakinan bahwa kejadian di dunia ini berlaku dg sendirinya menurut hukum sebab akibat. Teleologi, aliran yg berkyakinan bahwa kejadian yg satu berhubungan dg yg lain, bukan oleh hukum sebab akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yg sama. Determinisme, aliran yg mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil putusan-putusan yg penting, tetapi sudah terpastikan terlebih dahulu. Indeterminisme, aliran yg berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam arti yg seluas-luasnya.

b. Aliran-aliran etika
Aliran-aliran penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah:
  1. Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yg beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu diperoleh dg menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia.
  2. Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yg berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yg menimbulkan 'hedone' (kenikmatan dan kelezatan)
  3. Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran yg menilai baik buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility=manfaat)
  4. Aliran etika idealisme, yaitu aliran yg menilai baik dan buruknya perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir tetapi haruslah berdasarkan pada prinsip kerohanian (idea) yg lebih tinggi.
  5. Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yg menilai baik-buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidaknya daya hidup (vital) yg maksimum mengendalikan perbuatan itu.
  6. Alliran etika theologis, yaitu aliran yg berkeyakinan bahwa ukuran baik-buruknya perbuatan manusia itu dinilai dg sesuai atau tidaknya dg perintah Tuhan (theos=Tuhan).
c. Aliran-aliran teori pengetahuan
Aliran ini mencoba untuk menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mandapat pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku. Pertama golongan yg mengemukakan asal atau sumber pengetahuan. Termasuk didalamnya;
  1. Rationalisme, yaitu aliran yg mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah pikiran, rasio dan jiwa manusia.
  2. Empirisme, yaitu aliran yg mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari pengalaman manusia dari luar yg ditangkap pancaindranya.
  3. Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yg berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri.
Golongan yg kedua, mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk didalamnya;
  1. Realisme, yaitu aliran yg berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar yg baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yg baik, tergambarkan seperti sungguh-sungguh adanya.
  2. Idealisme, yaitu aliran yg berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangakan kenyataan yg diketahui manusia itu apa yg terletak diluarnya.
d. Aliran-aliran lainnya dalam filsafat
Disamping aliran-aliran diatas masih banyak aliran yg lain yg berkembang dan dianut oleh para filsuf. Diantaranya yaitu;
  1. Eksistensialisme, yaitu aliran yg berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia yg konkret, yaitu manusia sebagai eksistensi dan sehubungan dg titik tolak ini maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi.
  2. Pragmatisme, yaitu aliran yg beranggapan bahwa benar dan tidaknya sesuatu ucapan, dalil atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atai tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak didalam kehidupannya.
  3. Fenomenologi, yaitu aliran yg berpendapat bahwa hasrat yg kuat untuk mengerti yg sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika kita mengamati fenomena atau pertamuan kita dg realitas.
  4. Positivisme, yaitu aliran yg berpendirian bahwa filsafat hendaknya semata-mata berpangkal pada peristiwa yg positif, artinya peristiwa-peristiwa yg dialami manusia.
  5. Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yg berpendapat bahwa berfilsafat barulah mungkin jika rasio dipadukan dg seluruh kepribadian sehingga filsafat itu tidak hanya hal yg mengenai bepikir saja tetapi juga mengenai yg ada, yg mengikutkan kehendak, hati dan iman, dg kata lain seluruh hidup.

Readmore »»

Minggu, 14 Februari 2010

Filasafat (Kedudukannya sebagai Ilmu)

Filsafat dalam kedudukannya sebagai Ilmu, mengingat sifatnya yg universal maka filsafat merupakan Induk yg mencakup semua ilmu khusus. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula matematika dan fisika melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lain. Namun demikian filsafat tetap menjadi sebuah kajian yg selalu menjadi muara yg memecahkan persoalan-persoalan yg tidak mampu dijawab oleh ilmu-ilmu khusus. Pembahasan filsafat kali ini akan membicarakan mengenai cabang-cabang filsafat untuk mengetahui apa saja yg masih menjadi bagian dari filsafat yg menjadikannya istimewa sebagai induk dari ilmu-ilmu yg lain.


Ahli filsafat biasanya mempunyai pembagian yg berbeda-beda. Berikut ini pembagian cabang-cabang filsafat yg dikemukakan oleh beberapa filsuf :
  1. H. De Vos, menggolongkan filsafat sebagai berikut; Metafisika; Logika; ajaran tentang Ilmu Pengetahuan; Filsafat Alam; Filsafat Sejarah; Etika; Estetika dan Antropologi.
  2. Prof. Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam; masalah teologis; masalah metafisika; masalah epistimologi; masalah etika; masalah politik dan masalah sejarah.
  3. Dr. Richard H. Popkin dan Dr. Avrum Astroll dalam buku mereka, philoshopy made simple, membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh bagian; Ethics,;Political Philoshophy; Metaphysics; Philoshopy of Religion; Theory of Knowledge; Logics; Contepmporary Philoshophy.
  4. Dr. M. J. Langeveld mengatakan filsafat adalah ilmu kesatuan yg terdiri atas tiga lingkungan masalah; lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya); lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, logika); lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yg bernilai berdasarkan religi)
  5. Aristoteles, murid Plato mengadakan pembagian secara konkret dan sistematis menjadi empat cabang; Logika, ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat; Filsafat teoritis, cabang ini mencakup: ilmu fisika yg mempersoalkan dunia materi dari alam nyata, ilmu matematika yg mempersoalkan hakikat segala sesuatu dalam kuantitasnya dan ilmu metafisika yg mempersoalkan hakikat segala sesuatu (inilah yg paling utama dalam filsafat); Filsafat praktis, cabang ini mencakup: ilmu etika yg mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorang, ilmu ekonomi yg mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam negara; Filsafat poetika/kesenian.
Pembagian Aristoteles ini merupakan permulaan yg baik sekali bagi perkembangan filsafat sebagai suatu ilmu yg dapat dipelajari secara runtut. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika hingga sekarang masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yg dikagumi dan dipergunakan.

Walaupun pembagian ahli yg satu dg yg lain tidak sama, namun kita bisa melihat lebih banyak persamaan daripada perbedaan. Dari pandangan para ahli tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa filsafat dalam coraknya yg istimewa ini mempunyai beberapa pokok bahasan yaitu, metafisika, logika, etika, estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus.
  1. Metafisika: filsafat tentang hakikat yg ada di balik fisika, hakikat yg bersifat transenden, diluar jangkauan pengalaman manusia
  2. Logika: filsafat tentang pikiran yg benar dan yg salah
  3. Etika: filsafat tentang perilaku yg baik dan buruk
  4. Estetika: filsafat tentang kreasi yg indah dan yg jelek
  5. Epistemologi; filsafat tentang ilmu pengetahuan
  6. Filsafat-filsafat khusus lainya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan dsb
Seperti yg telah diuraikan sebelumnya, filsafat sangat luas lapangan pembahasannya yg tujuannya ialah mencari hakikat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika) maupun dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya).

Dari tinjauan diatas dapat kita ambil secara garis besar bahwa dalam tiap-tiap pembagian cabang filsafat sejak jaman Aristoteles hingga dewasa ini bahasan-bahasan yg paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika dan etika. Inilah yg pada akhirnya membentuk aliran-aliran filsafat yg berkembang dalam masyarakat yg selanjutnya akan saya sampaikan sebagai pokok bahasan tersendiri.

Readmore »»

Sabtu, 13 Februari 2010

Cara Mempelajari Filsafat

Sangat luasnya pembahasan mengenai filsafat, maka menjadi sukar pula orang mempelajarinya, dari mana hendak dimulai dan bagaimana cara membahasnya agar orang yg mempelajarinya segera mengetahui dan bisa memahaminya. Dalam sesi ketiga pembahasan filsafat ini saya akan menunjukkan cara atau metode yg lazim digunakan dalam mempelajari filsafat dan tanpa bermaksud untuk menggurui karena ulasan ini sangat penting untuk kita pahami demi mempermudah kajian filsafat berikutnya.

Pada jaman modern ini umumnya orang telah sepakat untuk mempelajari ilmu filsafat itu dengan dua cara, yaitu dg mempelajari sejarah perkembangan sejak dahulu kala hingga sekarang (metode historis) dan dengan cara mempelajari isi atau lapangan pembahasannya yg diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis).


Dalam metode historis orang mempelajari perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dahulu kala hingga sekarang. Disini dikemukakan riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat di segala masa, bagaimana tmbulnya aliran filsafatnya tentang logika, tentang metafisika, tentang etika dan tentang keagamaan. Seperti juga pembicaraan tentang jaman purba dilakukan secara berurutan (kronologis) menurut waktu masing-masing.

Dalam metode sistematis orang membahas langsung isi persoalan ilmu filsafat itu dg tidak mementingkan urutan jaman perjuangannya masing-masing. Orang membagi persoalan ilmu filsafat itu dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya dalam bidang logika dipersoalkan mana yg benar dan mana yg salah menurut pertimbangan akal, bagaimana cara berpikir yg benar dan mana yg salah. Kemudian dalam bidang etika dipersoalkan tentang manakah yg baik dan manakah yg buruk dalam perbuatan manusia yg tidak membicarakan persoalan-persoalan logika atau metafisika. Dalam metode sistematis ini para filsuf kita saling berkonfrontasi satu sama lain dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya dalam soal etika kita konfrontasikan saja pendapat-pendapat filsuf jaman klasik (Plato dan Aristoteles) dg pendapat filsuf jaman pertengahan (Al-Farabi atau Thimas Aquinas) dan pendapat filsuf jaman sekarang 'aufklarung' (Immanuel Kant dan lain-lain) dg pendapat-pendapat filsuf dewasa ini (Jaspers dan Marcel) dg tidak usah mempersoalkan aturan periodesasi masing-masing. Cara atau metode ini juga digunakan dalam mengkaji soal-soal logika maupun metafisika dan lain-lain.

Readmore »»

Jumat, 12 Februari 2010

Filsafat (Tujuan, Manfaat dan Kepentingannya)

Bahasan selajutnya mengenai filsafat sebagai sebuah kajian keilmuan...bagi saya akan selalu membawa tujuan, manfaat dan kepentingannya sendiri. Jadi pada kesempatan kedua ini saya akan memaparkan beberapa pemikiran para filsuf mengenai apa tujuan filsafat dan kepentingannya. Sehingga kita akan mendapat gambaran tentang apa yg ingin dicapai dengan mempelajari filsafat dan lebih dalam lagi bisa diterapkan dg tepat.

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).

Dr. Oemar A. Hosein mengatakan, Ilmu memberi kepada kita pengetahuan dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yg tersusun dg tertib akan kebenaran.


S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya, Filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantaban hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yg tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat diantara kerja manusia yg lain. Kebenaran dalam arti yg sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yg tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsyaf-insyafnya, senetral-netralnya dg perasaan tanggungjawab terhadap dasar hidup yg sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam ataupun kebenaran.

Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan : Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yg menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan "nation", ras dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya.

Berbeda dg pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya untuk cukup diketahui, tetapi harus diperaktekkan dalam hidup sehari-hari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan yg dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yg baik dan bahagia.

Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yg matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yg usang, yg sempit dan yg dogmatis. Urusan (concern) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan dan Tuhan.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun hakikat keaslian (metafisik).

Akhirnya sepatah kata tentang manfaat dan kepentingan filsafat. Filsafat sering dianggap teori belaka, yg jauh dari kenyataan hidup konkret akan tetapi, filsafat ada segi praktisnya juga. Kebijaksanaan tidak hanya berarti "pengetahuan yg mendalam", tetapi juga "sikap hidup yg benar", yg tepat sesuai dg pengetahuan yg telah dicapai itu. Hal ini nampak jelas terutama pada kajian etika dan logika yg bersama-sama memberikan pegangan dan bimbingan kepada pikiran dan kepada kehendak, agar hidup dg 'benar' dan 'baik' maka konkitnya manfaat dan kepentingan filsafat dapat disimpulkan dalam beberapa point disini :
  1. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri: dengan berpikir lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yg kita selidiki justru memaksa kita untuk berpikir untuk hidup sesadar-sadarnya dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri
  2. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yg hidup secara "dangkal" saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi memecahkannya. Dalam filsafat kita dilatih melihat dulu apa yg menjadi persoalan dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya.
  3. Filsafat memberikan pandangan yg luas, membendung "akuisme" dan "aku-sentrisme" (dalam hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku).
  4. Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yg dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, "berdiri-sendiri" dg cita-cita mencari kebenaran.
  5. Filasafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya seperti sosiologi, ilmu jawa, ilmu mendidik dan sebagainya.


Readmore »»

Kamis, 11 Februari 2010

Filsafat (Terminologi)

Memberikan rumusan yg pasti tentang apa yg termuat dalam kata "filsafat" adalah suatu pekerjaan yg terlalu berani dan sombong! maka saya akan memulai dari sini. Memang, para peminat filsafat, kita sulit mendefinisikan kata yg satu ini. Bahkan para filsuf (ahli filsafat) pun mengakuinya. Apa yg membuatnya demikian adalah oleh karena terdapatnya beragam-ragam paham, metode dan tujuan yg dianut, ditempuh dan dituju oleh masing-masing filsuf. Namun sebuah pengertian awal mesti diberikan; maksutnya sebagai kompas agar kita tidak tersesat arah didalam memahami filsafat. Mengingat maksut ini maka pengertian tersebut haruslah bersifat dapat dipahami sebanyak-banyak orang, sehingga dapat dijadikan tempat berpijak bersama.


Kita coba menilik dahulu kata "filsafat" ini dari akar katanya, dari mana kata ini datang. Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, shopia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya"cinta akan kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yg besar atau yg berkobar-kobar atau yg sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yg sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yg sungguh akan kebenaran sejati. begitulah arti filsafat pada mulanya.

Dari arti diatas, kita kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu Vak biasa, yg berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Bolehlah filsafat disebut sebagai: suatu usaha untuk berpikir yg radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yg mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Dalam pemahaman yg lebih bahwa tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-suggguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf" semboyan ini benar jika ditilik dari keumuman bahwa manusia berpikir, akan tetapi secara khusus semboyan itu tidak benar sebab tidak semua manusia yg berpikir adalah filsuf sebab filsuf hanyalah orang yg memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam dimana hal yg membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yg tersederhana sampai yg terkompleks.

Filsafat, " ilmu tentang hakikat". Disinilah kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu (spesial)" atau "sains". Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yg dapat dialami, dapat diindera atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya dg pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya".
Filsafat mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai makna, kebenaran dan hubungan logis diantara ide-ide dasar (keyakinan, asumsi dan konsep) yg tidak dapat dipecahkan dg ilmu empiris. Philosophy: Inquiry into the nature of things based on logical reasoning rather than empirical methods (the Grolier Int. Dict.) Filsafat meninjau dengan pertanyaan"apa itu","dari mana" dan "kemana". Di sini orang tidak mencari pengetahuan sebab dan akibat dari suatu masalah, seperti yg diselidiki ilmu, melainkan orang mencari tahu tentang "apa yg sebenarnya" pada barang atau masalah itu, dari mana terjadinya ke mana tujuannya. Maka jika para filsuf ditanyai, "mengapa A percaya pada akan Allah", meraka tidak akan berusaha untuk menjawab misalnya dg jawaban...."karena A telah dikondisikan oleh pendidikan di sekolahnya untuk percaya kepada Allah" atau "Karena A kebetulan sedang gelisah dan ide tentang suatu figur bapak membuatnya tentram". Sekali lagi dalam hal ini, para filsuf tidak berurusan dengan sebab-sebab, melainkan dengan dasar-dasar yg mendukung atau menyangkal pendapat tentang keberadaan Allah. Tugas filsafat menurut Socrates (470-399 S.M) bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yg timbul dalam kehidupan melainkan mempersoalkan jawaban yg diberikan.
Sampai dg kedua pengertian diatas, kita akan coba simak apa kata Kattsoff (1963) di dalam bukunya Elements of Philosophy untuk melengkapi pengertian kita tentang filsafat :
  • Filsafat adalah berpikir kritis
  • Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis
  • Filsafat harus menghasilkan sesuatu yg runtut
  • Filsafat adalah berpikir secara rasional
  • Filsafat harus bersifat komprehensif
Kemudian Windelband seperti dikutip Hatta dalam pendahuluan Alam pikiran Yunani, "Filsafat sifatnya merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yg nyata." Pengertian lain menurut Magnis, "Filsafat sebagai usaha tertib, methodis yg dipertanggungjawabkan secara intelektual untuk melakukan apa yg sebetulnya diharapkan dari setiap orang yg tidak hanya mau membebek saja, yg tidak hanya mau menelan mentah-mentah apa yg sudah dikunyah sebelumnya oleh pihak-pihak lain. yaitu untuk mengerti, memahami, mengartikan, menilai, mengkritik data-data dan fakta-fakta yg dihasilkan dalam pengalaman sehari-hari dan melalui ilmu-ilmu."

Filsafat sebagai latihan untuk belajar mengambil sikap, mengukur bobot dari segala macam pandangan yg dari pelbagai penjuru ditawarkan pada kita. Beberapa ilustrasi yg bisa saya sampaikan untuk memberi pemahaman konkrit pemikiran filsafat yaitu misalnya, kalau kita disuruh membangun masyarakat, filsafat akan membuka implikasi suatu pembangunan yg misalnya hanya mementingkan kerohanian sebagai ideologi karena manusia itu memang bukan hanya rohani saja atau kalau pembangunan hanya materialnya dan hanya mengenai prasarana-prasarana fisik saja, filsafat akan bertanya sejauh mana pembangunan itu akan menambah harapan manusia konkrit dalam masyarakat untuk merasa bahagia. Kemudian dalam situasi lain misalnya kalau pelbagai otoritas dalam masyarakat mau mewajibkan sesuatu kepada kita, filsafat dapat membantu kita dalam mengambil sikap yg dewasa dg mempersoalkan hak dan batas mereka untuk mewajibkan sesuatu. Lalu selanjutnya terhadap therm ideologi kemajuan, maka filsafat akan mempersoalkan apa arti kemajuan itu bagi manusia. Atau dalam therm "orang yg mau mengekang kebebasan kita atas nama Tuhan yang Mahaesa," filsafat akan menarik perhatian kita pada fakta bahwa yg mau mengekang itu hanyalah manusia saja yg mengatasnamakan Tuhan dan bahwa Tuhan tidak pernah identik dg suara manusia begitu saja. (Frans Magnis-Suseno, Berfilsafat dari Konteks, Jakarta, Gramedia, 1999).

Untuk menutup pemahaman awal kita mengenai terminologi"filsafat", bisa dicatat nuansa perbedaan arti"filsafat" dengan istilah-istilah yg hampir serupa dg ini antara lain:"falsafah", "falsafi", "berpikir filosofis" dan "mempunyai filsafat hidup" yg sering kita dengar, kita baca atau bahkan mungkin kita pakai dalam keseharian kita.
"Falsafah" itu tidak lain filsafat itu sendiri.
"Falsafi"atau"filsafati" artinya : "bersifat sesuai dg kaidah-kaidah filsafat".
"Berpikir filosofis", sesungguhnya begini : berpikir dg dasar cinta akan kebijaksanaan. Bijaksana adalah sifat manusia yg muncul sebagai hasil dari usahanya untuk berpikir benar dan berkehendak baik. Berpikir benar saja ternyata belum mencukupi. Dapat saja orang berpikir bahwa memfitnah adalah tindakan jahat, akan tetapi dapat pula ia tetap memfitnah karena meskipun diketahuinya itu jahat, namun ia tidak menghendaki untuk tidak melakukannya. cara berpikir filosofis adalah berusaha untuk mewujudkan gabungan antara keduanya, berpikir benar dan berkehendak baik.
Sedangkan "mempunyai filsafat hidup" mempunyai pengertian yg lain sama sekali dg pengertian "filsafat" yg pertama. Ia bisa diartikan mempunyai suatu pandangan, seperangkat pedoman hidup atau nilai-nilai tertentu. Misalnya, seseorang mungkin mempunyai filsafat (pandangan hidup) untuk "tujuan menghalalkan segala cara."

Demikianlah pemahaman awal mengenai Filsafat yg bisa saya uraikan dengan berpijak pada pengertian mendasar secara terminologi dan bayangan bahwa mempelajari filsafat adalah hal yg sukar atau suatu pemikiran yg hanya dilakukan oleh seorang profesor yg botak, dg kacamata tebal dan sedikit linglung, sebetulnya hanya ketakutan yg tidak berdasar karena filsafat sebetulnya adalah hal yg bisa kita jumpai dalam keseharian yg mungkin tanpa kita sadari bahwa dalam hidup pernah kita berpikir secara filsafati.


Readmore »»